Minggu, 18 Oktober 2020

ROUTING STATIS BAGIAN 2

 

 Konfigurasi Routing Statis 
Part II 

Sekilas Info


Fungsi Routing Statis


Static routing dapat digunakan sebagai berikut :
  1. Digunakan pada jaringan cakupannya kecil (LAN) yang hanya memiliki kurang dari 5 rute
  2. Sebagai backup dari dynamic routing yang tiba-tiba mati
  3. Mentransfer informasi rute dari protokol satu ke protokol lain (routing redistribution)

Aturan-Aturan Routing Statis

    Semua remote site diarahkan menuju center site. Router central site memiliki route ke seua subnet dimasng-masing remote site.
  • Membutuhkan informasi network destination
  • setiap destination di-setting manual
  • Digunakan oleh organisasi kecil
  • Sebagai backup dynamic route
  • Cocok digunakan di network yang memiliki bandwith lambat misalnya dialup
  • Memiliki administrative distance 0 atau 1

KONFIGURASI ROUTING STATIS

1. Prosedur dan teknik konfigurasi routing statis

        Router digunakna untuk proses pengambilan sebuah paket dan sebuah alat dan mengirimkan melalui network ke alat lain di sebuah network yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
  • Alamat tujuan
  • Router-router tetangga dari mana sebuah router bisa mempelajari tentang network remote
  • Route yang mungkin ke semua network remote
  • Router terbaik untuk setiap network remote
  • Router menyimpan routeing table yang menggambarkan bagaimana menemukan network-network remote
Teknik konfigurasi untuk melakukan routing static pada Cisco adalah sebagai berikut :
  • Pemberian IP pada interface
  • Mengaktifkan interface
  • Menentukan route static ada 3 cara, antara lain sebagai berikut :
            1. menggunakan exit interface
            2. Menggunakan next-hop IP address
            3. menggunakan exit interface dan next-hop IP address

2. Studi Kasus Routing Statis

        Sebuah topologi jaringan dengan 2 buah gedung menggunakan 2 buah router Cisco untuk menghubungkan kedua gedung tersebut.
Langkah-langkah konfigurasi antara lain sebagai berikut :
  • pemberian IP address pada masing-masing laptop
  • Konfigurasi pada router Anda
            1. Tampilan awal CLI pada router
            2. Pilih no agar tidak mengkonfigurasi secara wizard
            3. Pemberian host name pada router
            4. Pemberian IP address pada router
            5. Mengaktifkan interface pada router
            6. Memasukan IP router static-nya
  • Perintah yang dilakukanadalah sebagai berikut :
            1. Router>enable
            2. Router#config t
            3. Router(config)#hostname Gedung-A
            4. Gedung-A(config)#int fa0/1
            5. Gedung-A(config-if)#ip add 192.168.1.1 255.255.255.0
            6. Gedung-A(config-if)#no sh
            7. Gedung-A(config-if)#int fa0/0
            8. Gedung-A(config-if)#ip add 10.10.10.1 255.255.255.0
            9. Gedung-A(config-if)#no sh
          10. Gedung-A(config-if)#exit
          11. Gedung-A(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 10.10.10.2
  • Pengecekan hasil konfigurasi

3. Prosedur Pembuatan laporan dan konfiguras Routing Statis

        Dalam prosedur pembuatan laporan dan konfigurasi routing statis dapat dicontohkan seperti dibawah ini :
    Contoh pembuatan laporan dan konfigurasi routing statis ada hal sebelumnya yang harus dilakukan, yaitu mempersiapkan alat yang digunakan untuk melakukan praktikum terlebih dahulu, antaralain sebagai berikut ;
  • 2 buah PC sebagai workstation
  • 4 buah router
  • Skema jaringan komputerdan workstation seperti gambar dibawah ini.
Praktikum jarigan routing statis
 
Setelah mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk melakukan praktikum, kita juga harus mempersiapkan skema jaringan router dan workstation seperti gambar diatas.
    Kemudian kita melakukan konfigurasi seperti berikut ini :
  • Konfigurasikan IP pada host A/PC 0 (10.1.4.2/24) dan host B/PC 1 (10.1.9.2./24)
Maksud dari langkah diatas adalah perintah akan menampilkan IP address,subnet mask, dan default gateway PC tersebut. Hasilnya adalah sebagai berikut :

Host A/PC 0

Host B/PC 1

IP Address                    : 10.1.4.2

IP Address                          : 10.1.9.2

Subnet Mask                 : 225.255.255.0

Subnet Mask                     : 225.255.255.0

Default Gateway           : 0.0.0.0

Default Gateway              : 0.0.0.0



Dikarenakan default gateway host A dan B belum dikonfigurasi, maka default gateway yang ditampilkan melalui perintah ipconfig adalah 0.0.0.0
  • Mengkonfigurasi default gateway hos A ke 10.1.4.1 dan host B ke 10.1.9.1
Set default gateway host A ke 10.1.4.1 dan host B ke 10.1.9.1. Hasilnya adalah sebagai berikut :

Host A/PC 0

Host B/PC 1

IP Address:              10.1.4.2

IP Address:              10.1.9.2

Subnet Mask:          225.255.255.0

Subnet Mask:           225.255.255.0

Default Gateway:    10.1.4.1

Default Gateway:     10.1.9.1

  • Cek konektivitas dari host A kerouter A, router B, router C, Router D, dan host B
            (C:\>ping[ip_tujuan]
                Perintah tersebut berfungsi untuk mengetahui konektivitas dari setiap PC
Hasilnya adalah Request Time Out di semua jaringan Router, hal ini dikarenakan semua Router belum dikonfigurasi.
  • Mengkonfigurasi router A :
Router>ena
Router#
Router#config t
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 10.1.4.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#int fa1/0
Router(config-if)#ip add 10.1.5.1 255.255.255.0
Router(config-if)#no shutdown
Router(config-if)#exit
Router(config)#exit
Router#show ip int brief

Cek table routing awal :
Router#show ip route
Hasilnya adalah sebagai berikut :

 

Output diatas menampilkan konektivitas antara fast ethernet. Berdasarkan output diatas, hanya ada 2 yang sudah terkoneksi dengan baik.
  • Konfigurasikan router B, router C, dan router D
Lakukan seperti langkah-langkah konfigurasi pada router A sebelumnya (perhatikan jenis port ethernet atau fas ethernet yang digunakan). Port ethernet 0/0 dapat disingkat eth0/0 dan fast ethernet 0/0 dapat disingkat menjadi fa0/0.
Konfigurasikan router A, agar dapat menjangkau 10.1.6.0, 10.1.7.0, 10.1.8.0, dan 10.1.9.0 melalui 10.1.5.2 dengan router static.

Router>ena
Router#config t
Router(config)#ip route 10.1.6.0 255.255.255.0 10.1.5.2
Router(config)#ip route 10.1.7.0 255.255.255.0 10.1.5.2
Router(config)#ip route 10.1.8.0 255.255.255.0 10.1.5.2
Router(config)#ip route 10.1.9.0 255.255.255.0 10.1.5.2

Hasilnya adalah sebagai berikut :

 

  1. Konfigurasikan agar router B dapat menjangkau 10.1.4.0 melalui 10.1.5.1 menjangkau 10.1.8.0 melalui 10.1.7.2 dan menjangkau 10.1.9.0 melalui 10.1.6.2 (seperti langkah-langkah yang dilakukan pada router A)
  2. Konfigurasikan routing statis pada router C dan router D dapat Anda lakukan dengan memerhatikan topologi sekaligus mengikuti langkah-langkah seperti router A maupun router B
  3. Cek table routing setelah dikonfigurasikan (pada router B, C, dan D)
Router#show ip route
Perintah diatas berfungsi untuk melihat hasil tabel route.
  • Cek konektivitas dari host A ke router A, router B, router C, dan host B
C:\ping [ip_tujuan]
hasilnya seperti gambar dibawah :

Ping Host A ke Router A



Ping Host A ke Router B

Lakukan Pengecekan konektivitas dari Host A ke Router dan Host yang lainnya, jika semua hasilnya Reply from maka konfigurasi berhasil.

Melakukan Perbaikan Permasalahan Routing Statis

    Permasalahan routing statis antara lain sebagai berikut :

  • Membutuhkan Administrator dan Operator yang Paham akan Jaringan

Kelemahan dari static routing yang pertama berasal dari SDM, mereka yang mengoperasikan router tersebut. Setiap administrator maupun operator harus paham betul mengenai prinsip routing dan juga proses manajemen pada tabel routing. Tujuannya agar proses routing dapat berjalan dengan lancar dan tak terjadi kesalahan rute pengiriman.

  • Sulit Diterapkan pada Jaringan Berskala Besar

Melalui adanya keterbatasan pada kemampuan sumber daya manusia, maka static routing sangat tidak cocok untuk diterapkan dalam jaringan yang berskala besar. Hal ini akan sangat merepotkan kerja dari administrator ataupun operator dan sangat tidak efektif untuk digunakan.

  • Proses Edit Data Pada Table Routing Harus Dilakukan Secara Manual

Apabila sistem harus menutup ataupun membuka sebuah rute pada proses routing, maka sebelumnya harus dilakukan pengeditan dan pembaruan terlebih dahulu pada tabel routing secara manual. Hal ini akan menyulitkan operator dan juga dapat mengurangi efisensi waktu dari proses routing yang akan berlangsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar