Selasa, 24 Mei 2022

LEGENDA SULTAN DOMAS

Dahulu kala di Lampung terdapat sebuah dusun yang cukup ramai di pinggir sebuah sungai yang mengalir ke Laut Jawa. Dusun atau kampung itu kini terletak di kota tua Sukadana, Lampung Tengah. Rakyat hidup sederhana rumah-rumah masih jarang, mata pencaharian rakyat di kampung hanya berladang dan berkebun.

Di kampung itu hidup seorang pemuda bernama Domas. Ibu dan ayahnya sudah meninggal dunia. Karena miskin dan tidak punyai harta, Domas sering dihina penduduk kampung sehingga ia jarang keluar dari gubuk peninggalan orang tuanya. Tiap hari kerjanya memancing ikan di sungai yang tidak jauh dari gubuknya. Domas yang miskin dan yatim piatu itu tidak mau membenci penduduk kampung meski mereka suka menghina dirinya.

Pada suatu hari, ketika Domas pulang dari mencari kayu bakar di hutan, ia mendapatkan gubuknya sudah dibakar orang. Perasaan Domas yang hidup sebatang kara itu hancur lebur. Ia merenungi nasibnya yang malang dan ingin bunuh diri, akan tetapi pada suatu malam ia bermimpi didatangi seorang kakek tua berjanggut putih. Kakek itu berkata, "Pergilah ke arah selatan, jika kau bertemu sebuah sungai besar yang banyak dikelelingi pohon besar, menetaplah disana. Bukalah ladang di sana untuk ditanami sayur dan buah-buahan sebagai bekal sehari-hari.

Setelah mendengar pesan itu Domas terbangun. Ia termenung. Ada baiknya juga menuruti pesan si kakek. Untuk apa tinggal di kampung ini, bukankah masyarakat kampung ini selalu menghinanya. Lebih baik jika dia hijrah ke tempat yang ditunjuk si kakek dalam mimpi.

Pagi sekali ia berangkat meninggalkan kampung halaman. Ia melalui berbagai kampung, masuk hutan keluar hutan. Berhari-hari melakukan perjalanan, tidak jarang mendapat gangguan berupa serangan binatang buas seperti harimau dan makhluk halus, namun berkat kecerdikan dan kemantapannya untuk hijrah semua gangguan itu bisa diatasi dengan baik.

Berbulan-bulan kemudian sampailah ia di sebuah hutan yang lebat. Di hutan itu ada sebuah sungai besar yang berair jernih. Domas tertegun, ia teringat pesan kakek dalam mimpi.

Segera saja ia mengumpulkan kayu untuk membuat pondok di tepi sungai, Sungai sekarang dinamakan Way Sekampung. Setelah membangun pondok ia menebang kayu untu dibuat ladang. Domas sangat senang dan merasa tentram tinggal di situ, apalagi ikan-ikan di sungai cukup mudah didapat.

Karena tidak ada pekerjaan lain maka Domas sering melakukan semedi atau bertapa. Waktu berlalu dengan cepatnya. Pada suatu malam ketika ia sedang bersemedi, ia mendapat pesan gaib. Ia diberi ilmu kesaktian serta sebilah pedang dan tongkat kayu berbentuk ular.

Ia mengucpakan syukur kepata Tuhan atas pemberian itu. Namanya pun sekarang ditambah dengan Sultan sehingga ia biasa dipanggil dengan nama Sultan Domas.

Karena perkembangan jaman sekitar hutan dan sungai itu banyak dikunjungi orang. Ada yang mencari kayu untuk bangunan rumah atau mencari ikan di sungai dan rotan di hutan, mereka pernah bertemu dengan Sultan Domas yang sudah berusia lanjut namun nampak sehat sekali.

Seringkali para pencari ikan diselamatkan Sultan Domas dari serangan buaya-buaya penunggu sungai. Para pencari kayu dan rotan juga pernah diselamatkan dari serangan binatang buas, sehingga nama Sultan Domas menjadi terkenal dan menjadi seorang tua yang disegani dan dihormati. Karena beliau menolong tanpa pamrih, tanpa imbalan balas jasa.

Walau banyak orang pernah ditolong Sultan Domas namun tidak semua orang menerima pertolongan itu dengan ikhlas. Iri hati dan nafsu serakah memang seringkali merasuki jiwa manusia. Ada di antara mereka yang berniat jahat kepada Sultan Domas. Aplagi mereka tahu bahwa Sultan Domas mempunyai sebilah pedang dan tongkat sakti, mereka ingin merebut dua benda sakti itu.

Menurut kisah penduduk kampung, pada suatu hari ketika Sultan Domas mencari ikan di hulu Sungai Way Sekampung, datanglah lima orang lelaki berwajah seram ke pondok. ternyata, mereka sudah lama mengintip dan menunggu Sultan Domas pergi dari pondok. Mereka ingin mencuri pedang dan tongkat Sultan Domas. Konon, ketika sultan Domas pergi agak jauh menyusuri aliran sungai, mereka segera menuju ke pondok. Semua barang milik Sultan Domas diambil, termasuk sebilah pedang dan tongkat kayu.

Setelah mendapatkan semua yang diinginkan, mereka bermaksud meninggalkan pondok. Akan tetapi, setiap kali mereka akan membakar pondok, api tidak bisa hidup. Akhirnya, niat untuk membakar pondok dibatalkan. Mereka segera pergi, tetapi di depan pintu pondok mereka terhenti karena ada seekor ular besar yang mengeluarkan semburan berhawa panas. Mereka panik dan membuka dinding bagian belakang pondok. Akan tetapi, di sana juga ada seekor buaya besar yang siap menerkam. Dengan perasaan takut, kelima orang jahat itu terkepung di dalam pondok sampai Sultan Domas pulang.

Sultan Domas terkejut ketika melihat orang-orang jahat itu di dalam pondok. bahkan dengan ramah ia menyapa kelima orang yang sedang ketakutan itu. Mereka tidak bisa berbicara, mulut terasa terkunci.

Sultan Domas memberi salam satu persatu kepada kelima orang itu. Aneh bin ajaib, kelima orang yang bermaksud jahat itu bisa membuka mulut. Sultan Domas hanya tersenyum dan mengajak mereka bermalam di pondoknya. Karena hari sudah menjelang malam dan karena takut, mereka menerima tawaran itu. Malam itu baru Sultan Domas tahu kalau di sekitar hutan tempat tinggalnya ada perkampungan yang bisa dicapai dengan berjalan kaki selama satu hari.

Setelah kelima orang itu pulang, tersebarlah di seluruh daerah bahwa di pinggir sungai dalam hutan Way Sekampung ada orang sakti yang sangat baik sifatnya. Menurut cerita orang tua, banyak orang ingin membuka ladang di sekitar tempat tinggal Sultan Domas dulu. Lama-kelamaan, tempat itu menjadi perkampungan. Sultan Domas pun diangkat menjadi pemimpin.

Sampai sekarang legenda Sultan Domas masih dikenal masyarakat. Bahkan, Makam Sultan Domas yang ada di pinggir Sungai Way Sekampung dianggap keramat. Makam itu terletak di desa Sidomukti, Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Tengah. Sungai di pinggir makam itu sering banjir. Anehnya, jika sungai Way Sekampung banjir besar, makam itu tidak pernah tenggelam sementara tempat-tempat disekitarnya digenangi air sungai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar