Selasa, 24 Mei 2022

ASAL MULA DANAU

Cerita ini berasal dari daerah di Tapanuli Utara di daerah Silahan, kecamatan Lintong Ni Huta. Konon dahulu ada dua orang bersaudara, namanya Datu Dalu, dan adiknya Sangmaima. Orang tuanya mempunyai sebuah tombak pusaka. Sesuai dengan adat, jika orang tua meninggal maka timbak pusaka itu jauth ke tangan anak yang tertua~Datu Dalu.

Suatu ketika Sangmaima ingin meminjam tombak pusaka itu untuk berburu babi hutan. Datu Dalu meminjamkan tombak itu pada adiknya dengan syarat tombak itu harus dijaga baik-baik jangan sampai hilang. Begitulah ketika Sangmaima sampai di kebunnya dia melihat seekor babi hutan yang sedang merusak tanamannya.

"Babi hutan sialan! Kerjanya merusak tanaman orang!". 

Tanpa berpikir panjang ia melemparkan tombak pusaka tepat mengenai lambung babi hutan itu. Babi hutan itu masih sempat melarikan diri Sangmaima berusaha mengejar tetapi yang dia temukan di semak-semak hanya tombaknya saja. Sedang mata tombaknya masih melekat di lambung babi hutan itu.

Sangmaima segera pulang, melapor pada abangnya. Dia sudah menduga abangnya pasti marah besar karena mata tombaknya hilang entah kemana.

"Kamu harus mendapatkan kembali mata tombak itu. Aku tidak mau tahu bagaimana caramu!" kata Datu Dalu kepada adiknya.

"Saya mohon maaf.Bang. hari ini juga saya akan mencari mata tombak itu."

"Sudah, jangan banyak bicara!Cepat berangkat!"

Hari itu juga Sangmaima berangkat ke hutan mencari mata tombak itu. Dari tempat tanamannya yang dirusak, ia melacak tapak-tapak babi hutan yang melarikan diri. Akhirnya menemukan sebuah lubang besar, tempat babi hutan itu menghilang. Dengan sebuah tali yang panjang Sangmaima dapat mencapai dasar lubang itu. Dasar lubang itu ternyata merupakan pintu gerbang sebuah istana bawah tanah.

Di istana itulah akhirnya Sangmaima bisa menemukan mata tombaknya, yang melekat di tubuh puteri raja yang sedang sakit. Tahula sekarang Sangmaima, babi hutan yang pernah ia tombak itu ternyata jelmaan putri raja. Setelah berhasil menyembuhkan Sang Putri, diam-diam Sangmaima pergi uintuk mengembalikan mata tombak kepada kakaknya.

Datu Dalu sangat gembira melihat kepulangan adiknya. Kegembiraan itu ia wujudkan dengan mengadakan pesta adat secara besar-besaran. sayangnya dalam pesta itu ia tidak mengundang adiknya. Tindakan Datu Dalu ini membuat Sangmaima tersinggung. lalu ia bermaksud mengadakan pesta sendiri. Dalam pesta Sangmaima ada tontonan yang menarik. Tontonan itu berupa seorang wanita yang dihias dengan berbagai macam bulu burung sehingga bentuknya menjadi seekor burung Ernga (biasanya berkicau sore hari).

Di rumah Datu Dalu tamu yang datang sangat sedikit. Dia penasaran. Ketika diteliti, ternayata orang lebih senang datang ke rumah adiknya karena di situ ada tontonan yang menarik. Maka Datu Dalu segera ke rumah adiknya. Ia bermaksud meminjam tontona itu untuk memikat tamu ke rumahnya. Sangmaima bersedia meminjamkan dengan syarat kakaknya harus menjaga jangan sampai burung Ernga itu rusak atau hilang. 

Sangmaima kemudian mengantarkan Ernga ke rumah kakaknya. Dia sendiri kemudian bersembunyi di langit-langit rumah abangnya. Pada hari pertama pesta di rumah Datu Dalu cukup ramai karena adanya tontonan itu. Malamnya diam-diam Sangmaima menemui wanita yang menjadi Ernga.

"Besok pagi buta, kamu harus meninggalkan tempat ini. Bawalah semua emas, pakaian yang telah diberikan padamu."

"Baik Tuan."

Pada pagi hari yang kedua, Datu Dalu bermaksud memanggil Ernga untuk bernyanyi lagi di hadapan penonton. Berulang-ulang dipanggil, Ernga tidak muncul!. Datu Dalu menjadi cemas. Dia mencari ke sana kemari Ernga itu tetap tak tampak. Saat itulah datang Sangmaima mengingatkan perjanjian dengan abangnya tentang peminjaman burung Ernga. Datu Dalu berusaha mengganti berapa jumlah kerugian adiknya. Namun, Sangmaima tidak bersedia menerima ganti rugi itu.

Akhirnya pertikaian tak dapat dihindarkan lagi, meningkat menjadi pertikaian yang sengit. Keduanya sama-sama kuat. Datu Dalu kemudian mengambil sebuah lesung. Sekuat tenaga lesung itu dia lempar hingga jatuh di kampung Sangmaima. Ajaibnya di tempat terjatuhnya lesing terjadi sebuah danau Losung. Sangmaima pun tidak mau kalah dengan kakanya, ia mengambil piring. Dia lemparkan piring itu ke arah perkampungna bangnya, Di tempat jatuhnya piring itupun terjadi sebuah danau. Sampai kini orang menyebutnya danau Si Pinggan. Itulah awal mula terjadinya danau Si Losung dan Si Pinggan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar